SUPPLY CHAIN MANAJEMENT (SCM)
Pelaku industri mulai
sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat,
perbaikan di internal perusahaan manufaktur adalah tidak cukup. Peran serta
supplier, perusahaan transportasi dan jaringan distributor adalah dibutuhkan. Kesadaran
akan adanya produk yang murah, cepat dan berkualitas inilah yang melahirkan
konsep baru tahun 1990-an yaitu Supply Chain Manajement ( SCM ).
Supply
Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja
untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Perusahaan-perusahaan
tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, sertu
perusahaan pendukung seperti jasa logistik. Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam supply chain
yaitu pertama, aliran barang dari hulu ke hilir contohnya bahan baku
yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi selesai dikirim ke
distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua,
aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu dan ketiga
adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.
Dalam kondisi
nyata tidak sesederhana sebagaimana diatas, contoh sebuah produk sederhana
yaitu biskuit kaleng. Pihak
yang terlibat dalam supply chain biskuit kaleng tersebut adalah 1. penghasil
gandum 2. penghasil tebu 3. penghasil garam 4. penghasil aluminium 5. pabrik tepung terigu 6. pabrik gula 7. distributor garam 8. pabrik kaleng 9. pabrik biskuit 10. distributor biskuit 11. supermarket 12. perusahaan transportasi dan pergudangan.
Kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi
barang maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, SCM adalah metode, alat atau
pendekatan pengelolaannya. Pendekatan yang ditekankan dalam SCM adalah terintegrasi dengan semangat
kolaborasi. Supply
chain manajement tidak hanya berorientasi pada urusan internal melainkan juga
eksternal perusahaan yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan
partner.
Definisi oleh the Council of Logistics Management :
Supply Chain Mangement is the systematic, strategic
coordination of the traditional business functions within a particular company
and across businesses within the supply chain for the purpose of improving the
long-term performance of the individual company and the supply chain as a
whole.
Perusahaan
yang berada dalam supply chain pada intinya memuaskan konsumen dengan bekerja
sama membuat produk yang murah, mengirimkan tepat waktu dan dengan kualitas
yang bagus. Persaingan yang terjadi sekarang bukanlah perusahaan satu dengan yang
lainnya, tapi lebih tepat dikatakan supply chain yang satu dengan supply chain
yang lain. Semangat kolaborasi dan koordinasi antar perusahaan dalam supply chain
harus diutamakan, tapi tidak mengorbankan kepentingan tiap individu peruhasaan.
Idealnya hubungan
perusahaan antar supply chain adalah jangka panjang, sehingga tercipta
kepercayaan dan efisiensi. Apakah perusahaan indonesia telah menerapkan
SCM dalam perusahaannya….? Jawabannya adalah pada hakekatnya mereka
semua memiliki metode atau pendekatan dalam mengelola supply chain mereka,
namun tidak semua dari mereka yang menerapkan pendekatan yang integratif dan
kolaboratif.
Area Cakupan SCM
Apabila mengacu
pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-keiatan utama yang masuk dalam
klasifikasi SCM adalah :
- kegiatan
merancang produk baru (product development )
- kegiatan
mendapatkan bahan baku (procurement)
- kegiatan
merencanakan produksi dan persediaan ( planning
and control )
- kegiatan
melakukan produksi ( production )
- kegiatan
melakukan pengiriman ( distribution )
Pengembangan Produk
Sangat penting terutama
bagi industri inovatif seperti industri garmen, komputer, elektronik,
packaging, dsb. Hal ini dikarenakan product life cycle-nya pendek. Menghasilkan
sebuah rancangan produk bisa memakan waktu dan biaya yang sangat besar, padahal
disisi lain perusahaan dituntut untuk bisa menghasilkan rancangan dalam waktu
cepat dan biaya yang murah. Dalam merancang perusahaan harus
mempertimbangkan beberapa hal : Pertama, aspirasi atau keinginan
pelanggan, oleh karena itu dibutuhkan riset pasar yang memadai. Kedua, produk yang dirancang
harus mencerminkan ketersediaan dan sifat-sifat bahan baku. Dalam praktek SCM
modern, melibatkan supplier adalah kunci dalam proses perancangan produk baru. Ketiga,
fasilitas produksi yang akan dimiliki atau dibangun, jadi aspek manufacturability
perlu dipertimbangkan. Keempat, produk yang dirancang harus sedemikian
rupa sehinga kegiatan pengiriman mudah dilakukan dan tidak menimbulkan
biaya-biaya persediaan yang berlebihan disepanjang suppply chain. Kelima,
aspek lingkungan, dituntut rancangan yang ramah lingkungan dan mudah didaur
ulang
Pembelian (Procurement)
Dituntut mempunyai
keahlian bernegosiasi, memiliki kemampuan untuk menerjemahkan strategis
perusahaan ke dalam system pemilihan dan evaluasi supplier. Tugas
rutinnya adalah melakukan pembelian bahan baku, komponen, jasa dsb. Diharapkan
dapat menciptakan kolaborasi jangka panjang dengan supplier-supplier relevan,
melibatkan mereka dalam perancangan produk baru, mengevaluasi supply risk dan
sebagainya.
Perancangan dan Pengendalian
Bagian ini bertugas untuk
menciptakan koordinasi taktis maupun operasional sehingga kegiatan produksi,
pengadaan material, maupun pengiriman produk bisa dilakukan dengan efisien dan
tepat waktu.
Koordinasi
yang dilakukan tidak hanya di internal tapi dalam supply chain, misal
menentukan berapa banyak produk akan diproduksi, informasi tentang data
penjualan terakhir di tingkat ritel serta berapa banyak stock produk yang masih
mereka miliki adalah penting bagi pabrik. Bahkan ritel dengan
perusahaan saling koordinasi untuk menentukan rencana produksi jangka menengah
atau pendek ( P&G, Sara Lee, K-Mart, Warner Lambert)
Produksi
Bagian ini bertugas secara fisik melakukan
transformasi dari bahan baku, bahan setengan jadi atau komponen menjadi produk
jadi. Kegiatan
produksi dalam konteks SCM tidak harus dilakukan dalam perusahaan. Banyak
perusahaan melakukan outsourcing yaitu memindahkan kegiatan produksi ke pihak
subkontraktor, sementara perusahaan konsentrasi ke kegiatan yang menjadi core
competency mereka. Contoh perusahaan sepatu Nike. Dalam
kegiatan produksi, konsep lean manufakturing yang mementingkan efisiensi dan
agile manufacturing yang menekankan pada
fleksibilitas dan ketangkasan merespon perubahan adalah dua hal yang penting.
Distribusi/ pengiriman
Tugas dalam lingkup
supply chain adalah mengirim produk tersebut agar sampai di tangan pelanggan
pada waktu dan tempat yang tepat. Aktivitas ini dapat
dilakukan sendiri oleh perusahaan atau diserahkan ke perusahaan jasa
transportasi.
Dalam
cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus merancang jaringan distribusi
yang tepat dengan mempertimbangkan aspek biaya, aspek fleksibilitas dan aspek
kecepatan respon terhadap pelanggan.
Fungsi Fisik dan Mediasi Pasar
Kegiatan mediasi pasar
bertujuan untuk mencari titik temu antara apa yang diinginkan pelanggan dengan
apa yang dibuat dan dikirim oleh supply chain. Melakukan survey pasar
untuk mendapatkan model produk apda yang disukai oleh pelanggan pada suatu
musim jual, merancang produk yang mencerminkan keinginan pasar tersebut, meramalkan
tingkat permintaan dan pelayanan purna jual merupakan aktivitas media pasar. Kegiatan
mediasi sangat penting bagi supply chain yang memproduksi produk inovatif. Kegiatan
fisik dan mediasi pasar harus berjalan dengan sinergis di dalam supply chain.
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain
Tantangan 1 : Kompleksitas struktur Supply Chain Adanya
kompleksitas yang melibatkan internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Internal
perusahaan contoh : antara bagian marketing dengan produksi, marketing seringkali
membuat kesepakatan dengan pelanggan tanpa mengecek secara baik kemampuan
produksi, perubahan jadual produksi secara tiba-tiba karena marketing
menyepakati perubahan order dengan pelanggan. Disisi lain bagian produksi
sering resistant dengan perubahan mendadak. Dengan eksternal misalnya
antara supplier yang menginginkan pemesanan produknya jauh-jauh hari sebelum
waktu pengiriman dan sedapat mungkin pesanan tidak berubah. Supplier juga
menging Disisi
lain perusahaan menghendaki fleksibilitas yang tinggi dengan mengubah jumlah,
spesifikasi maupun jadual pengiriman bahan baku yang dipesan. Perusahaan juga
menginginkan supplier menggunakan JIT yaitu mengirimkan produk dalam waktu yang
tepat dan kuantitasnya kecil-kecil. Kompleksitas yang lain
adalah dalam pembayaran, budaya dan bahasa.
Tantangan 2 : Ketidakpastian, ketidakpastian
menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang dibuat. Sebagai
akibatnya, perusahaan sering menciptakan pengaman di sepanjang supply chain.
Pengaman ini bisa berupa safety stock, safety time, atau kapasitas produksi
maupun transportasi.
Sumber ketidakpastian yaitu :
1.
ketidakpastian pembeli,
2.
ketidakpastian dari supplier yaitu terkait dengan pengiriman, harga, kualitas
maupun
kuantitas,
3. ketidakpastian internal yang bisa
disebabkan kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak
sempurna,
tenaga kerja serta waktu maupun kualitas produksi
Peran Teknologi Internet
Aplikasi internet dalam konteks Supply Chain
Manajement yaitu :
1. Electronic Procurement ( e-Procurement )
2. Electronic Fulfillment ( e-Fulfilment )
Electronic Procurement
Salah satu model
pengadaan yang mendukung hubungan jangka pendek adalah e-Auction yaitu suatu
aplikasi untuk mendukung kegiatan lelang yang dilakukan secara elektronik. Pada
model ini pembeli bisa mengundang beberapa calon supplier untuk menawarkan
harga atas produk dengan spesifikasi dan jumlah tertentu dalam waktu yang telah
ditentukan. Supplier dengan harga rendah yang akan dianggap menang. Proses
lelang ini dilakukan dengan media Internet.
ü Fulfilement
adalah pemenuhan pesanan pelanggan.
ü Menerima
order dari pelanggan, bisa melalui email atau web based ordering
ü Mengelola
transaksi.
ü Manajemen
gudang yang meliputi pengendalian persedian produk dan kegiatan administrasi
gudang secara umum.
ü Komunikasi
dengan pelanggan untuk memberikan informasi status pesanan, dukungan teknis
dsb.
ü Kegitan
reverse logistics yang berupa pengembalian produk ke bagian supply chain akibat
pengembalian dari pelanggan.
ü
Benchmarking
Benchmarking
adalah proses pengukuran produk, jasa, dan proses terhadap mereka dari
organisasi yang dikenal untuk menjadi pemimpin dalam satu atau lebih aspek
operasi mereka. Benchmarking memberikan wawasan yang diperlukan untuk membantu
Anda memahami bagaimana organisasi Anda membandingkan dengan organisasi yang
sama, bahkan jika mereka berada dalam bisnis yang berbeda atau memiliki
kelompok yang berbeda dari pelanggan.
Selain itu, benchmarking dapat
membantu Anda mengidentifikasi daerah, sistem, atau proses untuk perbaikan-baik
inkremental (kontinu) perbaikan atau dramatis (rekayasa ulang proses bisnis)
perbaikan.
Benchmarking telah diklasifikasikan
ke dalam dua kategori yang berbeda:
- Benchmarking Teknis - Dilakukan oleh staf desain untuk memastikan kemampuan produk atau jasa, terutama dibandingkan dengan produk atau jasa dari pesaing terkemuka. Misalnya, pada skala satu sampai empat, empat menjadi yang terbaik, bagaimana desainer peringkat sifat dari produk organisasi Anda atau jasa? Jika Anda tidak dapat memperoleh data keras, upaya desain mungkin tidak cukup, dan produk atau jasa yang tidak memadai untuk menjadi kompetitif.
- Pembandingan kompetitif - Membandingkan seberapa baik (atau buruk) suatu organisasi adalah melakukan sehubungan dengan kompetisi terkemuka, terutama berkenaan dengan atribut penting, fungsi, atau nilai-nilai yang berhubungan dengan produk atau jasa organisasi. Misalnya, pada skala satu sampai empat, empat menjadi yang terbaik, bagaimana pelanggan peringkat produk organisasi Anda atau jasa dibandingkan dengan kompetisi terkemuka? Jika Anda tidak dapat memperoleh data keras, upaya pemasaran mungkin salah arah dan upaya desain sesat.
1 comment:
please visit our Bisnis tirtaprakarsya.blogspot.com
Post a Comment